Kuatkan Aku - Sebuah Cerpen Bersambung
Beberapa waktu lalu kucoba menahan sakit ini tanpa memberitahukan ibuku di kampung. Dua hari di kos demamku bukannya membaik malah makin tinggi. Stok obat hanya tinggal paracetamol dan obat pereda sakit kepala. Kucoba hubungi Awan teman sekampungku yang juga bekerja di kota ini. Tapi sayang Awan sedang dinas dan ia berjanji segera ke kosku saat jam istirahatnya.
Kupasrahkan semuanya pada keadaan, kukuatkan diri untuk tetap mengambil botol minum obat dan beberapa persediaan makananku. Tetap kuminum paracetamol berharap demamku menurun. Kugigit bibir yang mulai mengering, pecah-pecah dan perih. Kusempatkan berkaca melalui kamera HP, ku lihat wajahku merona merah seperti udang rebus. Bibirku yang pecah-pecah juga memerah dan sedikit menghitam.
Nafasku mulai sesak di dada, kudengar suara motor tepat di depan pintu. Aku yakin itu suara motor Awan teman sekampungku. Pintu diketuk dan aku berusaha berdiri membukakan kuncinya. Baru saja daun pintu terbuka aku langsung ambruk dan kemudian hilang. (Bersambung)
***
Gabung dalam percakapan